1
|
A.
Identitas Mahasiswa
Nama
: Muh. Hamka Halim
Nim
: 106204062
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Program
Studi : Strata Satu (S1)
Fakultas : Ilmu Sosial
Alamat : Jln. Manuruki II No 11 A
B.
Judul Skripsi
Strategi
Perjuangan Hj. Maemunah dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Mandar (1945-1949)
C.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia
masuk ke dalam masa penjajahan sejak awal abad ke 17. Kedatangan bangsa Eropa yang diawali oleh
bangsa Portugis dan bangsa Spanyol dalam rangka mengadakan penjajahan keliling
dunia. Kedua
negara ini kemudian mengelilingi dunia untuk mencari daerah jajahan baru maka
sampailah bangsa-bangsa tersebut di Asia,
termasuk Indonesia.[1]
Berabad-abad
lamanya wilayah yang termasuk kawasan Indonesia hidup terpecah belah dalam
status kerajaan sektoral yang tidak pernah akur satu sama lainnya. Hingga
datangnya bangsa bangsa-bangsa penjajah, bangsa yang hidup terpecah belah ini
dengan sangat mudah berhasil ditaklukkan dan dikuasai satu demi satu kerajaan
membuat bangsa Indonesia menderita.
Pada sekitar tahun 1630 Belanda mulai
menanamkan kekuasaannya dengan menguasai perdagangan di semenanjung
Indonesia. Pada awal tahun 1942 kekuasaan Belanda mulai goyah dengan datangnya
para tentara Jepang dan menyapu bersih pasukan-pasukan Belanda dan sekutu serta
pengambilalihan pemerintahan. Tentara Jepang membutuhkan waktu berbulan-bulan
hingga kekuatan militer Belanda tumbang kemudian membagi Indonesia menjadi tiga
wilayah yaitu Sumatera dibawah pimpinan angkatan darat ke-25, Jawa dan Madura dibawah pimpinan angkatan darat ke-7
serta Kalimantan dan Indonesia Timur yang berada dibawah pimpinan angkatan
laut.[2]
Perjuangan
bangsa Indonesia dalam mewujudkan negara Republik Indonesia sebagai suatu
bangsa yang merdeka dan berdaulat, berdasarkan proklamasi kemerdekaan tanggal
17 Agustus 1945 ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab,
pemerintah Belanda bukan saja menolak memberikan pengakuan kepada bangsa
Indonesia yang telah menyatakan kemerdekaannya, akan tetapi juga berusaha untuk
memulihkan kembali pengaruh dan kedudukan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda
di wilayah bekas jajahannya (Hindia Belanda). Hal ini berkaitan dengan sikap
sekutu yang tampil sebagai pemenang dalam perang dunia ke II, yang tidak
mengakui sepenuhnya proklamasi kemerdekaan dan pemerintah Republik
Indonesia. semua ini terjadi sebagai
akibat dari proses persiapan kemerdekaan Republik Indonesia yang mendapat
dukungan dari Jepang, dan proklamasi kemerdekaan serta penyelenggara pemerintah
Republik Indonesia merupakan tokoh-tokoh yang teribat kerjasama dengan pihak
Jepang. Tambahan pula bahwa perumusan pembenukan negara yang dilaksanakan oleh
PPKI mrupakan wadah ciptaan pemerintah militer Jepang. Itulah sebabnya pihak
Inggris dan Australia yang mewakili sekutu untuk menyelesaikan persoalan di
Indonesia, tampaknya membenarkan keinginan NICA[3] yang
hendak memulihkan kembali pengaruh dan kedudukan kekuasaan pemerintah kolonial
Belanda di Indonesia. [4]
Kembalinya Belanda menjajah Indonesia didasarkan pada hasil konferensi Postdam[5] yang melahirkan delapan
keputusan yang antara lain pada butir keenam yaitu memperbarui/mengembalikan
pemerintahan sendiri dan pendidikan untuk mencapai cita-cita demokrasi.
Disamping perjanjian Postdam, pada
tanggal 24 Agustus di Chequers dekat kota London, lahir pula suatu perjanjian Civil Affair Agrement. Landasan perjanjian ini adalah merupakan
kerjasama antara Inggris dan Belanda, dalam rangka usaha Belanda untuk menjajah
kembali Indonesia. Dalam perjanjian tersebut Inggris memberikan wewenang
sepenuhnya kepada Belanda untuk mengatur Indonesia.[6]
Berdasarkan pada perjanjian
tersebut, pada bulan September 1945 pasukan sekutu (Inggris dan
Australia) yang ikut pula membonceng tentara NICA mendarat di kota-kota besar
seluruh Indonesia. Awal kedatangan NICA disambut baik oleh rakyat Indonesia.
Namun hal ini tidak berlangsung lama setelah NICA secara terang-terangan hendak
menegakkan kembali pemerintahannya di Indonesia dan sikap Inggris yang tidak
menghargai kedaulatan bangsa Indonesia baik pemimpin nasional maupun lokal.
Keinginan Belanda untuk menanamkan kembali kekuasannya di Indonesia berdampak
besar terhadap kehidupan rakyat. Pergolakan terjadi dimana-mana hampir di
seluruh pelosok nusantara baik itu perjuangan secara fisik maupun perjuangan
secara diplomasi.
Rombongan
pertama tentara sekutu yang bertugas menduduki daerah Sulawesi Selatan tiba di
kota Makassar pada tanggal 21 September 1945 dari brigade ke-21 yang dipimpin
oleh Brigadir Ivan Dougharty.[7] Pemerintah RI di Makassar
dibawah pimpinan Dr. Ratulangi awalnya menerima kedatangan tentara sekutu sebab
mereka hanya menjalankan mandat yang diberikan yaitu mengurus evakuasi para
tawanan perang. Namun didalam pasukan sekutu terdapat pula satu detasemen NICA
berjumlah 150 orang dan mereka inilah yang melaksanakan tugas sipil. NICA
dengan dukungan sekutu berusaha menduduki kantor-kantor pemerintahan namun
selalu dihalang-halangi rakyat dan pemuda. Kedatangan tentara sekutu di Makassar
bukan saja dalam rangka melucuti senjata tentara Jepang dan memelihara keamanan
dan ketertiban melainkan membantu Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di
Sulawesi Selatan.[8]
Berita
tentang pendaratan Sekutu yang mengikutsertakan NICA serta dengan diam-diam
membantu pihak Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya, diketahui juga oleh
para tokoh-tokoh pejuang pergerakan di daerah Polmas.[9] Hal
ini disebabkan karena pejuang pergerakan selalu mengadakan kontak atau hubungan
komunikasi dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya yang berada di Makassar. Disaat-saat nyata kembalinya
Belanda hendak menjajah Indonesia lewat tentara Sekutu, maka para tokoh dan
pemuda setempat secara terang-terangan pula segera mempersatukan massa dalam
suatu wadah organisasi perjuangan.
Terbentuknya suatu kekuatan
pergerakan dalam bentuk organisasi kelaskaran di Sulawesi Selatan pada umumnya
diprakarsai oleh kepedulian golongan bangsawan. Beberapa kelaskaran terbentuk
di berbagai daerah yang ada di Sulawesi Selatan yang dihimpun dalam satu wadah
bernama LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi). di Mandar,
munculnya beberapa organisasi kelaskaran tidak hanya diprakarsai oleh kaum
bangsawa saja tetapi juga diprakarsai oleh orang-orang yang biasa yang bukan
keturunan bangsawan.
Afdeling Mandar pada perang
kemerdekaan merupakan sebutan bagi 4 afdeling tingkat II yang
ada di Sulawesi Selatan yaitu onderafdeling Polewali, onderafdeling Majene, onderafdeling
Mamasa, dan onderafdeling Mamuju. Di Majene, berita
mengenai kemerdekaan Republik Indonesia didengar melalui siaran radio dari
Australia yang berbahasa Inggris dan
Belanda pada 20 Agustus 1945.[10] Mulai saat itu, para
pemuda pejuang di daerah Majene bertekad untuk terus menegakkan, membela, dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Untuk itu, maka para pemuda pejuang mendirikan
berbagai oganisasi perjuangan.
Di
majene,muncul beberapa organisasi yang bergerak di berbagai bidang seperti
bidang sosial, pendidikan, keagamaan, pengumpulan dana, sampai pada keamanan
dan pertahanan. Salah satu organisasi yang bergerak dibidang keamanan dan
pertahanan adalah kelaskaran GAPRI 531. GAPRI 531 pada awalnya merupakan suatu
organisasi sosial yang bernama PRAMA( Persatuan Rakyat Mandar). Setelah
proklamasi kemerdekaan organisasi kembali merubah namanya menjadi PERMAI
(Perjuangan Masyarakat Indonesia).
Perjuangan
di berbagai daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri dan corak tertentu. Di
daerah Mandar, Ada ciri khas yang membedakan perjuangan dibanding dengan daerah lain yang ada
di Indonesia. ciri
atau corak tersebut adalah keterlibatan wanita dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar dan menjadi tokoh sentral dalam
perjuangan. Di Majene muncul beberapa nama yang menjadi tokoh penting dalam
dinamika pergerakan di Mandar.
Satu wanita diantara
beberapa wanita yang menjadi tokoh sentral dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan di Majene adalah Hj. Maemunah yang menjadi pemimpin Kelaskaran
GAPRI 531. bersama dengan suaminya yang bernama H. Muh. Djud Pantje, Hj. Maemunah
menjadi pimpinan suatu kelaskaran terbesar yang ada di Majene yang bertugas
dibidang keamanan dan pertahanan dalam rangka perjuangan menegakkan dan
mempertahankan kemerdekaan Republik indonesia.
Hj. Maemunah merupakan
pahlawan di
daerah Mandar yang secara terang-terangan berani menentang Belanda. Ia adalah sosok
wanita yang beberapa kali lolos dari maut walaupun beberapa kali
tertangkap dan disiksa di tahanan. Ia
benar-benar mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada saat usianya masih
muda. Pada saat jadi guru di Bababulo, ia rela meninggalkan tugasnya sebagai
guru untuk ikut bergabung dan menjadi pemimpin salah satu organisasi pergerakan
terbesar yang ada di Majene saat itu.
Hj. Maemunah melaksanakan tugasnya dengan tekun dan
bertanggung jawab. Bahkan ia ikut serta melakukan gerakan-gerakan rahasia
bersama rekan seperjuangannya di GAPRI 531. para pejuang kemerdekaan telah
mengikuti keberadaannya sebagai pejuang revolusi terbukti adanya pemberian
tanda-tanda jasa oleh negara yang menjadikannya orang yang sangat dihormati
sebagai pahlawan di daerah Mandar .
Beberapa
perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang GAPRI 531, Hj. Maemunah memiliki
peran yang sentral sebagai pemimpin dari kelaskaran. Sebagai pemimpin, Hj.
Maemunah berperan mengorganisir dan menyusun beberapa stategi perjuangan yang
dilakukan oleh GAPRI 531. Strategi inilah yang membuat beberapa penyerangan
yang dilakukan oleh para pejuang menjadi sangat merepotkan bagi Belanda karena
mereka harus mengeluarkan fikiran, tenaga, dan harta untuk menumpas gerakan
yang didalangi oleh Hj. Maemunah.
Berdasarkan dengan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat tentang “Strategi
Perjuangan Hj. Maemunah dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Mandar (1945-1949)”.
Peristiwa tersebut diangkat sebagai topik atau fokus penelitian karena
peristiwa tersebut bukanlah suatu hal yang disengaja untuk dilibatkan dalam
sebuah konflik, akan tetapi peristiwa tersebut lahir karena dilatar belakangi
oleh beberapa faktor.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diatas maka penjabaran permasalahan tersebut
akan dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang keterlibatan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar?
2. Bagaimana
strategi perjuangan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar?
3. Bagaimana
dampak perjuangan yang dilakukan Hj. Maemunah?
3. Batasan Masalah
Berdasarkan dengan rumusan masalah, maka ruang lingkup
permasalahan penelitian ini dibatasi baik tematis, spasial maupun temporal. Hal
ini merujuk pada cakupan masalah dalam makalah ini, yang cukup kompleks dan
agar penulisan ini lebih fokus pada titik persoalan sehingga dapat menjawab
substansi permasalahan secara jelas.
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup pembahasan
pada penelitian ini maka secara tematis penelitian ini menuliskan tentang sejarah wanita dalam
perang gerilya.[11] tulisan ini dimulai
pada saat Hj. Maemunah terlibat dalam
gerakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Mandar sampai pada akhir
perjuangannya. Penelitian ini berfokus pada Strategi yang dijalankan Hj.
Maemunah sebagai pimpinan GAPRI 531 dalam mempertahankan kemerdekaan di Mandar.
Adapun batasan spasialnya adalah Afdeling Mandar yang pada saat itu
merupakan salah satu afdeling yang ada di Sulawesi Selatan meliputi onderafdeling
Polewali, onderadeling Majene,onderafdeling Mamuju, dan onderafdeling Mamasa sedangkan batasan temporalnya dimulai pada
tahun 1945 pada saat proklamasi kemerdekaan RI dengan dimulainya perang
kemerdekaan di di berbagai daerah yang ada di Indonesia termasuk daerah Mandar
yang melibatkan Hj. Maemunah sebagai pimpinan GAPRI 531 dan berakhir pada tahun
1949, dengan pertimbangan bahwa periode ini merupakan akhir dari perjuangan
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar dan sudah banyak
organisasi yang terbentuk untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
4.Tujuan Penulisan
Berdasarkan
dari beberapa permasalahan yang telah dibahas di atas, maka penulisan
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
latar belakang keterlibatan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar
2. Mengetahui
strategi perjuangan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar
3. Mengetahui
dampak perjuangan yang dilakukan Hj. Maemunah
5.
Manfaat Penulisan
Sebagai warga
negara yang baik tentunya harus mengetahui sejarah karena bangsa yang besar
adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Sejarah nasional tidak
terlepas dari sejarah daerah yang
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi warga masyarakat yang mendiami
daerah tersebut. Namun, masih banyak generasi muda yang tidak tahu tentang
sejarah daerahnya sendiri bahkan pejuang-pejuang yang berasal dari daerahnya
yang rela mengorbankan harta dan jiwa mereka demi kemerdekaan Indonesia. adapun manfaat yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar
masyarakat Mandar khususnya generasi muda dapat mengetahui dan mengambil hikmah
dari perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar.
2.
Dapat memberikan manfaat terhadap ilmu pengetahuan pada
umumnya dan aspek kesejarahan yang dapat digunakan sebagai informasi guna
dijadikan sebagai bahan diskusi.
3.
Sebagai bahan referensi dan acuan bagi siapa saja yang
berminat untuk mengetahui perjuangan mempertahankan kemerdekaan di daerah
Mandar, sekaligus sebagai upaya dalam mengenang jasa para pahlawan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa
referensi atau tulisan mengenai keterlibatan
Hj. Maemunah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar, yang
didalamnya memberikan gambaran singkat tentang perjuangan yang dilakukan oleh
Hj. Maemunah, seperti karya Muhammad Amir, Drs. A. Muis Mandra, dan Hermin Batong .
Tulisan Drs. A.
Muis Mandra dengan judul sejarah
perjuangan kemerdekaan bangsa di Mandar. Tulisan ini memuat
perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Mandar serta beberapa
pergerakan yang dilakukan oleh Kelaskaran-Kelaskaran di Mandar dan salah satunya
adalah kelaskaran yang dipimpin oleh Hj. Maemunah. Dalam tulisannya memuat
tentang latar belakang terbentuknya GAPRI 5.3.1, kegiatan Kelaskaran GAPRI
5.3.1, dan beberapa pertempuran-pertempuran yang melibatkan pejuang GAPRI 5.3.1 dengan Belanda. Walaupun membahas organisasi yang dipimpin oleh Hj.
Maemunah, tulisan ini sangat
sedikit membahas peran-peran maupun
strategi perjuangan yang dijalankan oleh Hj. Maemunah
sebagai pimpinan GAPRI 5.3.1.[12]
Tulisan Muhammad
Amir dengan judul kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat kajian sejarah
perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Tulisan ini menceritakan tentang
masa sebelum kemerdekaan di Mandar sampai terbentuknya Kelaskaran-Kelaskaran di
Mandar. Dalam salah satu bab dijelaskan tentang oganisasi yang dipimpin oleh
Hj. Maemunah, namun sangat sedikit menjelaskan tentang peran dan fungsi Hj.
Maemunah dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di daerah Mandar.[13]
Tulisan Herman Batong yang bejudul Peranan Hj. St. Maemunah dalam perjuangan kemerdekaan di Mandar 1945-1950.
Penulisan ini merupakan penulisan biografi atau riwayat hidup tokoh yang
membahas tentang apa yang dilakukan Hj. Maemunah selama hidup. Tulisan ini
terangkum bersama dengan tulisan peneliti lainnya yang berhubungan dengan tokoh
wanita dan menjadi buku yang bernama 3
Srikandi Mandar. Tulisan ini mengangkat cerita tentang perjuangan yang
dilakukan oleh Hj. Maemunah dalam mempertahnkan kemerdekaan di Mandar. Walaupun
berisi tentang perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah, namun belum lengkap
membahas sejauh mana Hj. Maemunah terlibat dan berbagai strategi dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Mandar.[14]
E. METODE PENELITIAN
Pada umumnya
yang disebut metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek. Juga
dikatakan bahwa metode adalah cara untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam
suatu sistem yang terencana dan teratur. Jadi, metode selalu erat hubungannya
dengan prosedur, proses, atau tekhnik yang sistematis untuk melakukan
penelitian disiplin tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan objek
peneliian. [15]
Penelitian ini
adalah penelitian sejarah yang bersifat kualitatif yaitu data yang diperoleh
disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai
kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif adalah
suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis, lisan ataupun perilakunya yang
nyata diteliti dan dipelajari secara utuh kemudian melahirkan suatu penjelasan
dan penginterpretasian secara logis sistematis yang merujuk pada cara berpikir
induktif-deduktif.
Untuk menjawab
substansi masalah berdasarkan rumusan masalah, maka diperlukan adanya suatu
metode peneltian pada hakekatnya dapat menggunakan berbagai macam cara atau
metode. Penggunaan metode tersebut, tergantung dari tujuan penelitian, sifat
masalahnya yang akan digarap dan berbagai alternatif yang akan digunakan.
Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)heuristik, yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau. (2) kitik sumber, yaitu menyelidiki apakah
jejak-jejak masa lampau itu baik bentuk dan isinya. (3) interpretasi, yaitu
menempatkan makna dan saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. (4) historiografi, yaitu penyajian atau
menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah. [16]
A. Heuristik
( Tahap Mencari Sumber)
Kemampuan
menemukan dan menghimpun sumber-sumber yang diperlukan dalam penulisan sejarah
biasa dikenal sebagai tahap heuristik. Dibutuhkan keuletan tersendiri disamping
bekal metodologi yang mantap agar seseorang peneliti mampu menemukan
bahan-bahan tertulis karena tiadanya dokumen berarti tiada sejarah. Sedang dokumen itu beraneka ragam bentuknya
tidak hanya berupa dokumen perorangan atau pribadi, tetapi juga dokumen umum
yang mempunyai manfaat beragam. Dalam
hal ini penulis mengumpulkan berbagai informasi mengenai perjuangan yang
dilakukan Hj. Maemunah baik berupa tulisan dan lisan.
1.
Kajian pustaka
Studi
kepustakaan di lakukan dengan
mengumpulkan berbagai tulisan ilmiah, buku-buku, Arsip, dan laporan
penelitian yang relevan dengan masalah
yang dikaji. Upaya-upaya yang saya
lakukan untuk mendapatkan data-data tersebut adalah mengunjungi perpustakaan,
meminjam buku teman dan ke tokoh buku, misalnya perpustakaan sejarah FIS-UNM.
Perpustakaan UNM, Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar, Perpustakaan Nasional
Propinsi Sulawesi Selatan, Perpustakaan Multimedia,Balai Arsip, dengan menggunakan buku-buku pribadi, dan juga lembaga-lembaga yang terkait
dengan masalah
sejarah lokal, misalnya
Museum Mandar, Perpustakaan daerah Polman, Perpustakaan
daerah Majene, Perpustakaan Provinsi Sulbar serta tempat lain yang berhubungan
dengan penelitian ini. Dengan demikian
maka akan didapatkan sumber primer dan sekunder tentang hal-hal yang akan
diteliti.
2.
Penelitian lapangan
Selanjutnya
untuk penelitian atau pengumpulan data di lapangan nantinya akan digunakan
teknik interview (wawancara) dan observasi (pengamatan). Wawancara
ditujukan pada keluarga dari Hj. Maemunah, tokoh pejuang GAPRI, tokoh-tokoh
adat, kepala desa, dan tokoh masyarakat yang mempunyai otoritas dalam masalah
yang dibahas, dan para anggota keluarga yang masih memiliki pemahaman terhadap
kegiatan transmigrasi.
Untuk
itu, peneliti akan diarahkan dengan pedoman wawancara berupa sejumlah
pertanyaan yang dikemas sesuai dengan objek kajian. Sedang observasi
yaitu dengan mengamati secara langsung
kondisi geografis dan demografis lokasi penelitian. Karena kita tidak
bisa mengamati peristiwa yang terjadi pada masa lalu maka pengamatan dilakukan
terhadap objek .yang ada, termasuk perubahan-perubahannya, dan cara-cara
pemanfaatannya oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya
peneliti akan melakukan pendokumentasian dari hasil observasi lapangan.
B. Kritik
Sumber
Ada
yang mencoba menyatukan “tahap analisis” dan “tahap sintesis” dalam peneliian
sejarah karena kaitan keduanya tampak sangat erat sekali. Dalam tahap analisis
sebenarnya dikenakan dua macam kritik yaitu kritik ekstren dan kritik intern.
Kritik ekstren mencoba menjawab tiga pertanyaan yaitu mengkaji kesejatian,
keaslian, atau keotentikan sumber-sumber yang ada sedangkan kritik intern
dilakukan setelah kitik ekstern dilakukan yang mencoba mengkaji seberapa
jauhkah kesaksian sumber yang telah lolos tadi dapat dipercaya. Kritik ini diperlukan untuk menyaring semua sumber yang
didapatkan mengenai perjuangan Hj. Maemunah baik itu tulisan maupun lisan.
C. Interpetasi
Sumber-sumber
yang berupa tulisan maupun lisan
telah lolos dari kritik, kemudian dilakukan suatu penafsiran dari bahan-bahan
tadi. Pada tahap ini telah dapat
ditetapkan dari fakta-fakta yang teruji. Dalam tahap ini subjektivitas peneliti
tampak mulai berperan. Imajinasi
dibutuhkan pada tahap ini untuk menafsirkan seluruh kejadian berdasakan
data-data yang telah terkumpul.
D. Historiografi
(Penyajian)
Dalam
tahap terakhir ini, peneliti menyampaikan sintesis yang diperoleh dalam bentuk
karya sejarah. Dalam tahap ini, iperlukan kemampuan khusus, yaitu kemampuan
mengarang. Bagaimana agar fakta-fakta sejarah yang sudah benar-benar terpilih
tetapi masih bersifat fragmentaris itu dapat menjadi suatu sajian yang besifat
utuh, sistemais, dan komunikatif. Mudah dimengerti bila dalam tahap ini
dipelukan suatu imajinasi historis yang baik.[17]
DAFTAR
PUSTAKA
Amir,
Muhammad, 2010, Kelaskaran di Mandar
Sulawesi Barat Kajian Sejarah Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar: Dian
Istana.
Kila,
Syahir, 2011, Tiga Srikandi Pejuang dari Mandar Sulawesi Barat, Makassar:
Dian Istana
Kuntowijiyo, 2003, Metodologi
Sejarah Edisi Kedua, Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Kuntowijoyo,
1995, Pengantar Ilmu Sejarah,
Yogyakarta: BENTANG W.
Manda,
Darman. 1989. Perjuangan Rakyat Barru
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1950).Ujung Pandang: FPIPS IKIP
Ujung Pandang
Mandra,
Muis, 2002, Sejarah Pejuangan Kemerdekaan
di Mandar, Majene: Pemerintah Daerah Kabupaten Majene Yayasan Sa’dawang.
Maeswara,
Garda, 2010, Sejarah Revolusi Indonesia
1945-1950 Perjuangan Bersenjata dan Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan,
Yogyakarta: NARASI.
Notosusanto,
Nugroho,1978, Metode Penelitian Sejarah
Kontemporer,Jakarta: Idayu
Pawiloy,
Sarita. 1979. Sejarah Revolusi
Kemerdekaan (1945-1949 Daerah Sulawesi Selatan). Jakarta :Departemen P dan
K
Poelinggomang,
Edward. 2005. Sejarah Sulawesi Selatan
Jilid 2. Sulawesi Selatan: Balitbangda
Pranoto,
Suhartono, 2010, Teori & Metodologi
Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rasyid,
Darwis, 1999, Sejarah Revolusi
Kemerdekaan Indonesia di Polewali Mandar, Laporan Penelitian Sejarah dan
Nilai Tradisional Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Ridha, Rasyid, 2009, Membela
Indonesia: Perlawanan Rakyat Luwu Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar:
RAYHAN INTERMEDIA
Rochmat,
Saefur, 2009, Ilmu Sejarah dalam
Pespektif Ilmu Sosial, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rauf,
H. Abdul, 2008, Kenangan untuk Indonesia
Kumpulan Kisah Perjuangan Rakyat Manda dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI,
Polewali: MURIMURI TRANSMEDIA. .
Sinrang, A. Syaiful. 1994. Mengenal Mandar Sekilas Lintas : Perjuangan
Rakyat Mandar Menentang Penjajahan Belanda (1667-1949).Ujung Pandang:
Yayasan Kebudayaan Mandar Rewata Rio
Sudiyo, 2002, Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan, Jakarta
--------------,
1995, Monumen Sejarah Perjuangan Bangsa
Di Daerah Sulawesi Selatan, Makassar: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.
KERANGKA OUTLINE
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN
HALAMAN KEASLIAN
SKRIPSI
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
G. Kerangka Pikir
H. Metode Penelitian
BAB II. KEDATANGAN TENTARA SEKUTU DAN TERBENTUKNYA KELASKARAN DI
MANDAR
A. Gambaran Umum Penelitian
B. Latar Belakang Kedatangan Tentara Sekutu di Mandar
C.
Terbentuknya
Kelaskaran di Mandar
BAB III. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN HJ. MAEMUNAH
YANG MEMPENGARUH PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MANDAR
A.
Latar Belakang Kehidupan
Keluarga Hj. Maemunah
B.
Latar Belakang
Kehidupan Sosial Hj. Maemunah
BAB
IV. STRTAEGI PERJUANGAN HJ. MAEMUNAH DALAM PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI
MANDAR
A. Hj. Maemunah :Srikandi Tanah Mandar
B. Proses Perjuangan dan Strategi dalam Perang Mempertahankan
Kemerdekaan di Mandar
C. Akhir Perjuangan Hj. Maemunah
BAB
V DAMPAK PERJUANGAN YANG DILAKUKAN HJ. MAEMUNAH
A. Bagi Rakyat Mandar
B. Bagi Bangsa Belanda
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
[2] M.C Ricklefs, 1992, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, hlm. 297-298.
[3] Nederlandsch
Indie
Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration disingkat
NICA yang berarti Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.
[4] Edward L. Poelinggomang,
Perjuangan kemerdekaan Indonesia. Makalah pada “Seminar
dan Temu Tokoh” yang diselenggarakan
oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar,
yang berlangsung di Makassar
pada tanggal 27 juni 2002, hlm. 6.
[5] Konferensi Postdam adalah
pertemuan para pemimpin negara sekutu yang diadakan pada tanggal 17 Juli sampai
2 Agustus 1945 di Jerman untuk menentukan nasib Jerman, membahas rencana perang
melawan Jepang, dan menyelesaikan masalah-masalah Eropa pasca perang dunia
II.
[6] Darman Manda, Perjuangan Rakyat Barru Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia (1945-1950).Ujung Pandang,1989, hlm. 2.
[7] Sebelum pendaratan pasukan
Australia, seorang bekas tawanan perang yang bernama Mayor Gibson menemui
Gubernur Sulawesi Dr. Ratulangi untuk membicarakan masalah keamanan dan
ketertiban selama pasukan Australia ada di Makassar.
[8] M. Rasyid Ridha, Membela Indonesia:Perlawanan Rakyat Luwu
Mempertahankan Kemerdekaan,Makassar, 2009, hlm. 89-90; Darwis Rasyid, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia di
Daerah Polewali Mamasa 1945-1950, Makassar, 1999, hlm. 38.
[9] Polmas merupakan singkatan
dari Polewali Mamasa sebelum berubah nama menjadi Polman singkatan dari
Polewali Mandar.
[10]Darwis Rasyid, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia di
Daerah Polewali Mamasa 1945-1950, Makassar, 1999, hlm. 34. Sumber lain
mengatakan bahwa berita proklamasi kemerdekaan Indonesia terdengan di Majene
pada minggu pertama bulan September 1945, lihat Muhammad Amir, Kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat, Makassar,
2010, hlm. 144.
[11] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah Edisi Kedua, Yogyakarta,
2003, hlm. 120.
[12] A. Muis Mandra , Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di
Mandar, Majene: Pemerintah Daerah Kabupaten Majene Yayasan Sa’dawang
Sendana, 2002.
[13] Muhammad Amir, Kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat Kajian
Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar: Dian Istana,
2010.
[14] Syahir Kila, Tiga Srikandi Pejuang dari Mandar, Makassar:
Dian Istana, 2011.
[15] Suhartono W. Pranoo, teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta,
2010, hlm 11
[16] Nugroho Notosusanto, metode penelitian sejarah kontemprer. Jakarta:
Idayu, 1978, hlm. 17.
[17] Saefur Rochmat, ilmu sejarah dalam perspektif ilmu sosial, Yogyakarta,
2009, hlm 147-150