Selasa, 07 Oktober 2014

PROPOSAL PENELITAN STRATEGI PERJUANGAN HJ. MAEMUNAH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MANDAR (1945-1949)

1

A.  Identitas Mahasiswa
Nama                      : Muh. Hamka Halim
Nim                        : 106204062
Jurusan                   : Pendidikan Sejarah
Program Studi        : Strata Satu (S1)
Fakultas                  : Ilmu Sosial
Alamat                    : Jln. Manuruki II No 11 A
B. Judul Skripsi
Strategi Perjuangan Hj. Maemunah dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Mandar (1945-1949)
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bangsa Indonesia masuk ke dalam masa penjajahan sejak awal abad ke 17. Kedatangan bangsa Eropa yang diawali oleh bangsa Portugis dan bangsa Spanyol dalam rangka mengadakan penjajahan keliling dunia. Kedua negara ini kemudian mengelilingi dunia untuk mencari daerah jajahan baru maka sampailah bangsa-bangsa tersebut di Asia, termasuk Indonesia.[1]
Berabad-abad lamanya wilayah yang termasuk kawasan Indonesia hidup terpecah belah dalam status kerajaan sektoral yang tidak pernah akur satu sama lainnya. Hingga datangnya bangsa bangsa-bangsa penjajah, bangsa yang hidup terpecah belah ini dengan sangat mudah berhasil ditaklukkan dan dikuasai satu demi satu kerajaan membuat bangsa Indonesia menderita. Pada sekitar tahun 1630 Belanda mulai  menanamkan kekuasaannya dengan menguasai perdagangan di semenanjung Indonesia. Pada awal tahun 1942 kekuasaan Belanda mulai goyah dengan datangnya para tentara Jepang dan menyapu bersih pasukan-pasukan Belanda dan sekutu serta pengambilalihan pemerintahan. Tentara Jepang membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga kekuatan militer Belanda tumbang kemudian membagi Indonesia menjadi tiga wilayah yaitu Sumatera dibawah pimpinan angkatan darat ke-25, Jawa dan  Madura dibawah pimpinan angkatan darat ke-7 serta Kalimantan dan Indonesia Timur yang berada dibawah pimpinan angkatan laut.[2]
Perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan negara Republik Indonesia sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, berdasarkan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, pemerintah Belanda bukan saja menolak memberikan pengakuan kepada bangsa Indonesia yang telah menyatakan kemerdekaannya, akan tetapi juga berusaha untuk memulihkan kembali pengaruh dan kedudukan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di wilayah bekas jajahannya (Hindia Belanda). Hal ini berkaitan dengan sikap sekutu yang tampil sebagai pemenang dalam perang dunia ke II, yang tidak mengakui sepenuhnya proklamasi kemerdekaan dan pemerintah Republik Indonesia.  semua ini terjadi sebagai akibat dari proses persiapan kemerdekaan Republik Indonesia yang mendapat dukungan dari Jepang, dan proklamasi kemerdekaan serta penyelenggara pemerintah Republik Indonesia merupakan tokoh-tokoh yang teribat kerjasama dengan pihak Jepang. Tambahan pula bahwa perumusan pembenukan negara yang dilaksanakan oleh PPKI mrupakan wadah ciptaan pemerintah militer Jepang. Itulah sebabnya pihak Inggris dan Australia yang mewakili sekutu untuk menyelesaikan persoalan di Indonesia, tampaknya membenarkan keinginan NICA[3] yang hendak memulihkan kembali pengaruh dan kedudukan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. [4]
Kembalinya Belanda menjajah Indonesia didasarkan pada hasil konferensi Postdam[5] yang melahirkan delapan keputusan yang antara lain pada butir keenam yaitu memperbarui/mengembalikan pemerintahan sendiri dan pendidikan untuk mencapai cita-cita demokrasi. Disamping perjanjian Postdam, pada tanggal 24 Agustus di Chequers dekat kota London, lahir pula suatu perjanjian Civil Affair Agrement. Landasan perjanjian ini adalah merupakan kerjasama antara Inggris dan Belanda, dalam rangka usaha Belanda untuk menjajah kembali Indonesia. Dalam perjanjian tersebut Inggris memberikan wewenang sepenuhnya kepada Belanda untuk mengatur Indonesia.[6]

Berdasarkan pada perjanjian tersebut, pada bulan September 1945 pasukan sekutu (Inggris dan Australia) yang ikut pula membonceng tentara NICA mendarat di kota-kota besar seluruh Indonesia. Awal kedatangan NICA disambut baik oleh rakyat Indonesia. Namun hal ini tidak berlangsung lama setelah NICA secara terang-terangan hendak menegakkan kembali pemerintahannya di Indonesia dan sikap Inggris yang tidak menghargai kedaulatan bangsa Indonesia baik pemimpin nasional maupun lokal. Keinginan Belanda untuk menanamkan kembali kekuasannya di Indonesia berdampak besar terhadap kehidupan rakyat. Pergolakan terjadi dimana-mana hampir di seluruh pelosok nusantara baik itu perjuangan secara fisik maupun perjuangan secara diplomasi.
Rombongan pertama tentara sekutu yang bertugas menduduki daerah Sulawesi Selatan tiba di kota Makassar pada tanggal 21 September 1945 dari brigade ke-21 yang dipimpin oleh Brigadir Ivan Dougharty.[7] Pemerintah RI di Makassar dibawah pimpinan Dr. Ratulangi awalnya menerima kedatangan tentara sekutu sebab mereka hanya menjalankan mandat yang diberikan yaitu mengurus evakuasi para tawanan perang. Namun didalam pasukan sekutu terdapat pula satu detasemen NICA berjumlah 150 orang dan mereka inilah yang melaksanakan tugas sipil. NICA dengan dukungan sekutu berusaha menduduki kantor-kantor pemerintahan namun selalu dihalang-halangi rakyat dan pemuda. Kedatangan tentara sekutu di Makassar bukan saja dalam rangka melucuti senjata tentara Jepang dan memelihara keamanan dan ketertiban melainkan membantu Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya di Sulawesi Selatan.[8]
Berita tentang pendaratan Sekutu yang mengikutsertakan NICA serta dengan diam-diam membantu pihak Belanda untuk mengembalikan kekuasaannya, diketahui juga oleh para tokoh-tokoh pejuang pergerakan di daerah Polmas.[9] Hal ini disebabkan karena pejuang pergerakan selalu mengadakan kontak atau hubungan komunikasi dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya yang berada di Makassar. Disaat-saat nyata kembalinya Belanda hendak menjajah Indonesia lewat tentara Sekutu, maka para tokoh dan pemuda setempat secara terang-terangan pula segera mempersatukan massa dalam suatu wadah organisasi perjuangan.
 Terbentuknya suatu kekuatan pergerakan dalam bentuk organisasi kelaskaran di Sulawesi Selatan pada umumnya diprakarsai oleh kepedulian golongan bangsawan. Beberapa kelaskaran terbentuk di berbagai daerah yang ada di Sulawesi Selatan yang dihimpun dalam satu wadah bernama LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi). di Mandar, munculnya beberapa organisasi kelaskaran tidak hanya diprakarsai oleh kaum bangsawa saja tetapi juga diprakarsai oleh orang-orang yang biasa yang bukan keturunan bangsawan.
Afdeling Mandar pada perang kemerdekaan merupakan sebutan bagi 4 afdeling tingkat II yang ada di Sulawesi Selatan yaitu onderafdeling Polewali, onderafdeling Majene, onderafdeling Mamasa, dan onderafdeling Mamuju. Di Majene, berita mengenai kemerdekaan Republik Indonesia didengar melalui siaran radio dari Australia yang  berbahasa Inggris dan Belanda pada 20 Agustus 1945.[10] Mulai saat itu, para pemuda pejuang di daerah Majene bertekad untuk terus menegakkan, membela, dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk itu, maka para pemuda pejuang mendirikan berbagai oganisasi perjuangan.
Di majene,muncul beberapa organisasi yang bergerak di berbagai bidang seperti bidang sosial, pendidikan, keagamaan, pengumpulan dana, sampai pada keamanan dan pertahanan. Salah satu organisasi yang bergerak dibidang keamanan dan pertahanan adalah kelaskaran GAPRI 531. GAPRI 531 pada awalnya merupakan suatu organisasi sosial yang bernama PRAMA( Persatuan Rakyat Mandar). Setelah proklamasi kemerdekaan organisasi kembali merubah namanya menjadi PERMAI (Perjuangan Masyarakat Indonesia).  
Perjuangan di berbagai daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri dan corak tertentu. Di daerah Mandar, Ada ciri khas yang membedakan perjuangan dibanding dengan daerah lain yang ada di Indonesia. ciri atau corak tersebut adalah keterlibatan wanita dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar dan menjadi tokoh sentral dalam perjuangan. Di Majene muncul beberapa nama yang menjadi tokoh penting dalam dinamika pergerakan di Mandar. 
Satu wanita diantara beberapa wanita yang menjadi tokoh sentral dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Majene adalah Hj. Maemunah yang menjadi pemimpin Kelaskaran GAPRI 531. bersama dengan suaminya yang bernama H. Muh. Djud Pantje, Hj. Maemunah menjadi pimpinan suatu kelaskaran terbesar yang ada di Majene yang bertugas dibidang keamanan dan pertahanan dalam rangka perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik indonesia.
Hj. Maemunah merupakan pahlawan di daerah Mandar yang secara terang-terangan berani menentang Belanda. Ia adalah sosok wanita yang beberapa kali lolos dari maut walaupun beberapa kali tertangkap  dan disiksa di tahanan. Ia benar-benar mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada saat usianya masih muda. Pada saat jadi guru di Bababulo, ia rela meninggalkan tugasnya sebagai guru untuk ikut bergabung dan menjadi pemimpin salah satu organisasi pergerakan terbesar yang ada di Majene saat itu.

Hj. Maemunah  melaksanakan tugasnya dengan tekun dan bertanggung jawab. Bahkan ia ikut serta melakukan gerakan-gerakan rahasia bersama rekan seperjuangannya di GAPRI 531. para pejuang kemerdekaan telah mengikuti keberadaannya sebagai pejuang revolusi terbukti adanya pemberian tanda-tanda jasa oleh negara yang menjadikannya orang yang sangat dihormati sebagai pahlawan di daerah Mandar .
Beberapa perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang GAPRI 531, Hj. Maemunah memiliki peran yang sentral sebagai pemimpin dari kelaskaran. Sebagai pemimpin, Hj. Maemunah berperan mengorganisir dan menyusun beberapa stategi perjuangan yang dilakukan oleh GAPRI 531. Strategi inilah yang membuat beberapa penyerangan yang dilakukan oleh para pejuang menjadi sangat merepotkan bagi Belanda karena mereka harus mengeluarkan fikiran, tenaga, dan harta untuk menumpas gerakan yang didalangi oleh Hj. Maemunah.
Berdasarkan dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat tentang “Strategi Perjuangan Hj. Maemunah dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Mandar (1945-1949)”. Peristiwa tersebut diangkat sebagai topik atau fokus penelitian karena peristiwa tersebut bukanlah suatu hal yang disengaja untuk dilibatkan dalam sebuah konflik, akan tetapi peristiwa tersebut lahir karena dilatar belakangi oleh beberapa faktor.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diatas maka penjabaran permasalahan tersebut akan dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:
1.      Bagaimana latar belakang keterlibatan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar?
2.      Bagaimana strategi perjuangan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar?
3.      Bagaimana dampak perjuangan yang dilakukan Hj. Maemunah?


3. Batasan Masalah
Berdasarkan dengan rumusan masalah, maka ruang lingkup permasalahan penelitian ini dibatasi baik tematis, spasial maupun temporal. Hal ini merujuk pada cakupan masalah dalam makalah ini, yang cukup kompleks dan agar penulisan ini lebih fokus pada titik persoalan sehingga dapat menjawab substansi permasalahan secara jelas.
Untuk menghindari meluasnya ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini maka secara tematis penelitian ini menuliskan tentang sejarah wanita dalam perang gerilya.[11] tulisan ini dimulai pada saat Hj. Maemunah terlibat dalam gerakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Mandar sampai pada akhir perjuangannya. Penelitian ini berfokus pada Strategi yang dijalankan Hj. Maemunah sebagai pimpinan GAPRI 531 dalam mempertahankan kemerdekaan di Mandar.
Adapun batasan spasialnya adalah Afdeling Mandar yang pada saat itu merupakan salah satu afdeling yang ada di Sulawesi Selatan meliputi onderafdeling Polewali, onderadeling Majene,onderafdeling Mamuju, dan onderafdeling Mamasa  sedangkan batasan temporalnya dimulai pada tahun 1945 pada saat proklamasi kemerdekaan RI dengan dimulainya perang kemerdekaan di di berbagai daerah yang ada di Indonesia termasuk daerah Mandar yang melibatkan Hj. Maemunah sebagai pimpinan GAPRI 531 dan berakhir pada tahun 1949, dengan pertimbangan bahwa periode ini merupakan akhir dari perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar dan sudah banyak organisasi yang terbentuk untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
4.Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari beberapa permasalahan yang telah dibahas di atas, maka penulisan penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui latar belakang  keterlibatan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar
2.      Mengetahui strategi perjuangan Hj. Maemunah dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Mandar
3.      Mengetahui dampak perjuangan yang dilakukan Hj. Maemunah
5. Manfaat Penulisan
Sebagai warga negara yang baik tentunya harus mengetahui sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Sejarah nasional tidak terlepas dari  sejarah daerah yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi warga masyarakat yang mendiami daerah tersebut. Namun, masih banyak generasi muda yang tidak tahu tentang sejarah daerahnya sendiri bahkan pejuang-pejuang yang berasal dari daerahnya yang rela mengorbankan harta dan jiwa mereka demi kemerdekaan Indonesia.  adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar masyarakat Mandar khususnya generasi muda dapat mengetahui dan mengambil hikmah dari perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar.
2.      Dapat memberikan manfaat terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya dan aspek kesejarahan yang dapat digunakan sebagai informasi guna dijadikan sebagai bahan diskusi.
3.      Sebagai bahan referensi dan acuan bagi siapa saja yang berminat untuk mengetahui perjuangan mempertahankan kemerdekaan di daerah Mandar, sekaligus sebagai upaya dalam mengenang jasa para pahlawan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa referensi atau tulisan mengenai keterlibatan Hj. Maemunah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerah Mandar, yang didalamnya memberikan gambaran singkat tentang perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah, seperti karya Muhammad Amir, Drs. A. Muis Mandra, dan Hermin Batong .
Tulisan Drs. A. Muis Mandra dengan judul sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa di Mandar. Tulisan ini memuat perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat Mandar serta beberapa pergerakan yang dilakukan oleh Kelaskaran-Kelaskaran di Mandar dan salah satunya adalah kelaskaran yang dipimpin oleh Hj. Maemunah. Dalam tulisannya memuat tentang latar belakang terbentuknya GAPRI 5.3.1, kegiatan Kelaskaran GAPRI 5.3.1, dan beberapa pertempuran-pertempuran yang melibatkan pejuang GAPRI 5.3.1  dengan Belanda. Walaupun  membahas organisasi yang dipimpin oleh Hj. Maemunah, tulisan ini sangat sedikit membahas peran-peran maupun strategi perjuangan yang dijalankan oleh Hj. Maemunah sebagai pimpinan GAPRI 5.3.1.[12] 
Tulisan Muhammad Amir dengan judul kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat kajian sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Tulisan ini menceritakan tentang masa sebelum kemerdekaan di Mandar sampai terbentuknya Kelaskaran-Kelaskaran di Mandar. Dalam salah satu bab dijelaskan tentang oganisasi yang dipimpin oleh Hj. Maemunah, namun sangat sedikit menjelaskan tentang peran dan fungsi Hj. Maemunah dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di daerah Mandar.[13]  
Tulisan Herman Batong yang bejudul Peranan Hj. St. Maemunah dalam perjuangan kemerdekaan di Mandar 1945-1950. Penulisan ini merupakan penulisan biografi atau riwayat hidup tokoh yang membahas tentang apa yang dilakukan Hj. Maemunah selama hidup. Tulisan ini terangkum bersama dengan tulisan peneliti lainnya yang berhubungan dengan tokoh wanita dan menjadi buku yang bernama 3 Srikandi Mandar. Tulisan ini mengangkat cerita tentang perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah dalam mempertahnkan kemerdekaan di Mandar. Walaupun berisi tentang perjuangan yang dilakukan oleh Hj. Maemunah, namun belum lengkap membahas sejauh mana Hj. Maemunah terlibat dan berbagai strategi dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Mandar.[14]

E. METODE PENELITIAN
Pada umumnya yang disebut metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek. Juga dikatakan bahwa metode adalah cara untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. Jadi, metode selalu erat hubungannya dengan prosedur, proses, atau tekhnik yang sistematis untuk melakukan penelitian disiplin tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan objek peneliian. [15]
Penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bersifat kualitatif yaitu data yang diperoleh disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis, lisan ataupun perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari secara utuh kemudian melahirkan suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis sistematis yang merujuk pada cara berpikir induktif-deduktif.
Untuk menjawab substansi masalah berdasarkan rumusan masalah, maka diperlukan adanya suatu metode peneltian pada hakekatnya dapat menggunakan berbagai macam cara atau metode. Penggunaan metode tersebut, tergantung dari tujuan penelitian, sifat masalahnya yang akan digarap dan berbagai alternatif yang akan digunakan.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1)heuristik, yaitu menghimpun jejak-jejak masa lampau. (2) kitik sumber, yaitu menyelidiki apakah jejak-jejak masa lampau itu baik bentuk dan isinya. (3) interpretasi,  yaitu menempatkan makna dan saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. (4) historiografi, yaitu penyajian atau menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah. [16]
A.  Heuristik ( Tahap Mencari Sumber)
Kemampuan menemukan dan menghimpun sumber-sumber yang diperlukan dalam penulisan sejarah biasa dikenal sebagai tahap heuristik. Dibutuhkan keuletan tersendiri disamping bekal metodologi yang mantap agar seseorang peneliti mampu menemukan bahan-bahan tertulis karena tiadanya dokumen berarti tiada sejarah.  Sedang dokumen itu beraneka ragam bentuknya tidak hanya berupa dokumen perorangan atau pribadi, tetapi juga dokumen umum yang mempunyai manfaat beragam. Dalam hal ini penulis mengumpulkan berbagai informasi mengenai perjuangan yang dilakukan Hj. Maemunah baik berupa tulisan dan lisan.
1.           Kajian pustaka
Studi kepustakaan di lakukan dengan  mengumpulkan berbagai tulisan ilmiah, buku-buku, Arsip, dan laporan penelitian yang relevan dengan  masalah yang dikaji. Upaya-upaya  yang saya lakukan untuk mendapatkan data-data tersebut adalah mengunjungi perpustakaan, meminjam buku teman dan ke tokoh buku, misalnya perpustakaan sejarah FIS-UNM. Perpustakaan UNM, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar, Perpustakaan Nasional Propinsi Sulawesi  Selatan, Perpustakaan Multimedia,Balai Arsip, dengan  menggunakan buku-buku pribadi,  dan juga lembaga-lembaga yang terkait dengan  masalah sejarah lokal, misalnya Museum Mandar, Perpustakaan daerah Polman, Perpustakaan daerah Majene, Perpustakaan Provinsi Sulbar serta tempat lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Dengan  demikian maka akan didapatkan sumber primer dan sekunder tentang hal-hal yang akan diteliti.
2.           Penelitian lapangan
Selanjutnya untuk penelitian atau pengumpulan data di lapangan nantinya akan digunakan teknik interview (wawancara) dan observasi (pengamatan). Wawancara ditujukan pada keluarga dari Hj. Maemunah, tokoh pejuang GAPRI, tokoh-tokoh adat, kepala desa, dan tokoh masyarakat yang mempunyai otoritas dalam masalah yang dibahas, dan para anggota keluarga yang masih memiliki pemahaman terhadap kegiatan transmigrasi.
Untuk itu, peneliti akan diarahkan dengan pedoman wawancara berupa sejumlah pertanyaan yang dikemas sesuai dengan objek kajian. Sedang observasi yaitu dengan mengamati secara langsung kondisi geografis dan demografis lokasi penelitian. Karena kita tidak bisa mengamati peristiwa yang terjadi pada masa lalu maka pengamatan dilakukan terhadap objek .yang ada, termasuk perubahan-perubahannya, dan cara-cara pemanfaatannya oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya peneliti akan melakukan pendokumentasian dari hasil observasi lapangan.

B.     Kritik Sumber
Ada yang mencoba menyatukan “tahap analisis” dan “tahap sintesis” dalam peneliian sejarah karena kaitan keduanya tampak sangat erat sekali. Dalam tahap analisis sebenarnya dikenakan dua macam kritik yaitu kritik ekstren dan kritik intern. Kritik ekstren mencoba menjawab tiga pertanyaan yaitu mengkaji kesejatian, keaslian, atau keotentikan sumber-sumber yang ada sedangkan kritik intern dilakukan setelah kitik ekstern dilakukan yang mencoba mengkaji seberapa jauhkah kesaksian sumber yang telah lolos tadi dapat dipercaya. Kritik ini diperlukan untuk menyaring semua sumber yang didapatkan mengenai perjuangan Hj. Maemunah baik itu tulisan maupun lisan.
C.  Interpetasi
Sumber-sumber yang berupa tulisan maupun lisan telah lolos dari kritik, kemudian dilakukan suatu penafsiran dari bahan-bahan tadi. Pada tahap ini telah dapat ditetapkan dari fakta-fakta yang teruji. Dalam tahap ini subjektivitas peneliti tampak mulai berperan. Imajinasi dibutuhkan pada tahap ini untuk menafsirkan seluruh kejadian berdasakan data-data yang telah terkumpul.
D.      Historiografi (Penyajian)
Dalam tahap terakhir ini, peneliti menyampaikan sintesis yang diperoleh dalam bentuk karya sejarah. Dalam tahap ini, iperlukan kemampuan khusus, yaitu kemampuan mengarang. Bagaimana agar fakta-fakta sejarah yang sudah benar-benar terpilih tetapi masih bersifat fragmentaris itu dapat menjadi suatu sajian yang besifat utuh, sistemais, dan komunikatif. Mudah dimengerti bila dalam tahap ini dipelukan suatu imajinasi historis yang baik.[17]

DAFTAR PUSTAKA
Amir, Muhammad, 2010, Kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat Kajian Sejarah Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar: Dian Istana.
Kila, Syahir, 2011, Tiga Srikandi Pejuang dari Mandar Sulawesi Barat, Makassar: Dian Istana
Kuntowijiyo, 2003, Metodologi Sejarah Edisi Kedua, Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: BENTANG W.
Manda, Darman. 1989. Perjuangan Rakyat Barru Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1950).Ujung Pandang: FPIPS IKIP Ujung Pandang
Mandra, Muis, 2002, Sejarah Pejuangan Kemerdekaan di Mandar, Majene: Pemerintah Daerah Kabupaten Majene Yayasan Sa’dawang.
Maeswara, Garda, 2010, Sejarah Revolusi Indonesia 1945-1950 Perjuangan Bersenjata dan Diplomasi untuk Mempertahankan Kemerdekaan, Yogyakarta: NARASI.
Notosusanto, Nugroho,1978, Metode Penelitian Sejarah Kontemporer,Jakarta: Idayu
Pawiloy, Sarita. 1979. Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949 Daerah Sulawesi Selatan). Jakarta :Departemen P dan K
Poelinggomang, Edward. 2005. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid 2. Sulawesi Selatan: Balitbangda
Pranoto, Suhartono, 2010, Teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rasyid, Darwis, 1999, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia di Polewali Mandar, Laporan Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ridha, Rasyid, 2009, Membela Indonesia: Perlawanan Rakyat Luwu Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar: RAYHAN INTERMEDIA
Rochmat, Saefur, 2009, Ilmu Sejarah dalam Pespektif Ilmu Sosial, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rauf, H. Abdul, 2008, Kenangan untuk Indonesia Kumpulan Kisah Perjuangan Rakyat Manda dalam Mempertahankan Kemerdekaan RI, Polewali: MURIMURI TRANSMEDIA. .
Sinrang, A. Syaiful. 1994. Mengenal Mandar Sekilas Lintas : Perjuangan Rakyat Mandar Menentang Penjajahan Belanda (1667-1949).Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Mandar Rewata Rio
Sudiyo, 2002, Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan, Jakarta
--------------, 1995, Monumen Sejarah Perjuangan Bangsa Di Daerah Sulawesi Selatan, Makassar: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan.


KERANGKA OUTLINE
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN
HALAMAN KEASLIAN SKRIPSI
MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Batasan Masalah
D.    Tujuan Penelitian
E.     Manfaat Penelitian
F.      Tinjauan Penelitian Sebelumnya
G.    Kerangka Pikir
H.    Metode Penelitian

BAB  II.  KEDATANGAN TENTARA SEKUTU DAN TERBENTUKNYA KELASKARAN DI MANDAR
A.    Gambaran Umum Penelitian
B.     Latar Belakang Kedatangan Tentara Sekutu di Mandar
C.     Terbentuknya Kelaskaran di Mandar
BAB III. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN HJ. MAEMUNAH YANG MEMPENGARUH PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MANDAR
A.    Latar Belakang Kehidupan Keluarga Hj. Maemunah
B.     Latar Belakang Kehidupan Sosial Hj. Maemunah
BAB IV. STRTAEGI PERJUANGAN HJ. MAEMUNAH DALAM PERANG MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MANDAR
A.    Hj. Maemunah :Srikandi Tanah Mandar
B.     Proses Perjuangan dan Strategi dalam Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Mandar
C.     Akhir Perjuangan Hj. Maemunah

BAB V DAMPAK PERJUANGAN YANG DILAKUKAN HJ. MAEMUNAH
A.    Bagi Rakyat Mandar
B.     Bagi Bangsa Belanda

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP



    [1] Sudiyo,  pergerakan  nasional  mencapai  &  mempertahankan  kemerdekaan. Jakarta,2002, hlm. 5.
[2] M.C Ricklefs, 1992, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hlm. 297-298.
[3] Nederlandsch Indie Civil Administratie atau Netherlands-Indies Civil Administration disingkat NICA yang berarti Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.
[4] Edward L. Poelinggomang, Perjuangan kemerdekaan Indonesia. Makalah pada “Seminar dan Temu Tokoh” yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Makassar, yang berlangsung di Makassar pada tanggal 27 juni 2002, hlm. 6.
[5] Konferensi Postdam adalah pertemuan para pemimpin negara sekutu yang diadakan pada tanggal 17 Juli sampai 2 Agustus 1945 di Jerman untuk menentukan nasib Jerman, membahas rencana perang melawan Jepang, dan menyelesaikan masalah-masalah Eropa pasca perang dunia II. 
[6] Darman Manda, Perjuangan Rakyat Barru Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1950).Ujung Pandang,1989, hlm. 2.
[7] Sebelum pendaratan pasukan Australia, seorang bekas tawanan perang yang bernama Mayor Gibson menemui Gubernur Sulawesi Dr. Ratulangi untuk membicarakan masalah keamanan dan ketertiban selama pasukan Australia ada di Makassar.
[8] M. Rasyid Ridha, Membela Indonesia:Perlawanan Rakyat Luwu Mempertahankan Kemerdekaan,Makassar, 2009, hlm. 89-90;  Darwis Rasyid, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia di Daerah Polewali Mamasa 1945-1950, Makassar, 1999, hlm. 38.
[9] Polmas merupakan singkatan dari Polewali Mamasa sebelum berubah nama menjadi Polman singkatan dari Polewali Mandar.
[10]Darwis Rasyid, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Indonesia di Daerah Polewali Mamasa 1945-1950, Makassar, 1999, hlm. 34. Sumber lain mengatakan bahwa berita proklamasi kemerdekaan Indonesia terdengan di Majene pada minggu pertama bulan September 1945, lihat Muhammad Amir, Kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat, Makassar, 2010, hlm. 144.
[11] Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah Edisi Kedua, Yogyakarta, 2003, hlm. 120.
[12] A. Muis Mandra , Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Mandar, Majene: Pemerintah Daerah Kabupaten Majene Yayasan Sa’dawang Sendana, 2002.
[13] Muhammad Amir, Kelaskaran di Mandar Sulawesi Barat Kajian Sejarah Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan, Makassar: Dian Istana, 2010. 
[14] Syahir Kila, Tiga Srikandi Pejuang dari Mandar, Makassar: Dian Istana, 2011.
[15] Suhartono W. Pranoo, teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta, 2010, hlm 11
[16] Nugroho Notosusanto, metode penelitian sejarah kontemprer. Jakarta: Idayu, 1978, hlm. 17.
[17] Saefur Rochmat, ilmu sejarah dalam perspektif ilmu sosial, Yogyakarta, 2009, hlm 147-150